Meneropong Bus dalam Eforia Kebanyakan Pencinta Bus, Sebuah Kritik atau Pandangan
Bus juga memiliki basis penggemar atau sering disebut sebagai pencinta bus. Sebutan lain untuk pencinta bus lazim disebut sebagai busmania, bus lovers ataupun bisser.
Biasanya, jika dilihat kasat mata, yang mendasari kecintaan terhadap bus tersebut adalah perusahaan bus tertentu, ketokohan salah satu perusahaan bus, dan/atau kepada unsur materil bus itu sendiri.
Dalam tulisan kali ini, saya akan mencoba menuliskan pandangan saya tentang kecintaan bus terhadap materil bus.
Orientasi pada Tampilan
Tidak bisa dipungkiri bahwa tampilan adalah hal yang dilihat pertama kali untuk menilai sesuatu. Begitu juga ketika kita melihat sebuah armada bus.
Bodi bus yang terbaru, livery yang indah, ditambah aksesoris-aksesoris tambahan yang populer sering kali menjadi penilaian terhadap sebuah armada bus. Apalagi, disertai dengan kelakson multinada yang sering dikenal dengan telolet.
Terlebih, baru-baru ini banyak perusahaan bus yang memesan keluaran terbaru body bus dari karoseri ternama di Indonesia. Karoseri tersebut mengeluarkan bodi-bodi terbaru disertai dengan fitur kenyamanan dan keamanan yang sudah sangat baik menurut hemat saya.
Hal ini membuat para pencinta bus beramai-ramai berpendapat ataupun berstetmen tentang kecanggihan bodi-bodi terbaru tersebut. Sayangnya, apresiasi tersebut hanya sebatas tampilan yang sering kali disebut "Ini Eropa banget ataupun yang lainnya".
Saya 'pernah' mendengar, bahwa awalnya karoseri banyak mengadopsi konsep dari bus Eropa dalam desain awal-awalnya. Tetapi semakin ke sini, menurut saya bodi-bodi tersebut lebih Ng-Indonesia-ni karena telah sesuai regulasi dan bisa saja melalui proses diskusi panjang dengan operator atau perusahaan bus.
Tentu, ini hal yang lebih harus diapresiasi ketimbang tampilannya yang Eropa banget atau yang lainnya. Kemampuan anak bangsa dalam membuat bodi bus yang semakin ke sini semakin mewah adalah sebuah kebanggaan di atas unsur busnya, atau dalam bahasa lain unsur manusia di atas unsur materilnya.
Kacamata Penumpang vs Pencinta Bus
Saya akui bahwa saya merupakan salah satu pecinta bus yang lebih fleksibel dalam menilai bus. Hal ini tentu karena saya adalah langganan naik bus, jadi sedikit banyak mengerti kebutuhan penumpang. Di sisi lain, saya juga mengikuti perkembangan terbaru dunia bus di banyak forum-forum pencinta bus.
Sependek pemahaman saya, ada perbedaan yang cukup mendasar dalam cara pandang penumpang bus dan pencinta bus. Yaitu tentang tampilan vs kenyamanan.
Bagi penumpang bus, kenyamanan adalah hal yang utama. Apalagi ketika menaiki bus dengan rute panjang dan memakan waktu cukup lama. Faktor yang mendukung kenyamanan bukan hanya dari empuknya kursi atau luasnya ruang kaki, tetapi lebih dari itu.
Kondisi di dalam kabin bus juga sangat mempengaruhi kenyamanan. Hal ini tentu perlu dukungan kru yang ramah dalam bertugas dan kepastian tempat duduk penumpang.
Tak jarang, penumpang tertipu oleh 'senyuman palsu' para agen yang menjanjikan kursi yang pada kenyataannya berbeda.
Saya sendiri pernah mengalami kekecewaan ketika menjadi korban 'senyuman palsu' agen bus. Hal ini tentu mengubah mood dan ekspektasi terhadap perusahaan bus tersebut. Padahal bus tersebut dilengkapi dengan bodi terbaru dan mesin Eropa serta konfigurasi kursi dengan ruang kaki yang luas.
Di kasus lain, saya juga pernah menaiki bus dengan reputasi kepastian tempat duduk yang baik. Hanya saja, lantaran ada penumpang masih memiliki kedekatan kekerabatan dengan petugas agen, maka dengan bujuk rayu agen melobi saya untuk bertukar tempat duduk.
Endingnya, ya mari kita mengalah dan tidak melanjutkan menikmati perjalanan.
Mungkin hal-hal ini tidak pernah terlintas dalam pandangan pencinta bus yang tereforia dengan bodi bus dan reputasi sosial media yang kadang tidak sejalan dengan pengalaman empiris penumpang.
Bus Banter Itu Keren?
Kadang sedihnya di situ. Bus yang banter atau kencang sering kali menjadi kebanggaan dalam postingan pencinta bus di media sosial.
Pertanyaannya sederhana, bus banter itu pentingnya apa? Lebih penting mana dengan ketepatan waktu?
Bagi saya, ketepatan waktu jauh lebih penting dari sekedar kecepatan. Terkait etika dalam berlalu lintas dan aturan perjalanan sebuah transportasi di Indonesia telah memiliki standar yang berorientasi pada keamanan banyak pihak.
'Konon', ada pihak-pihak tertentu yang berani 'membayar' kru lebih agar bisa lebih banter, blong kiri, dll demi kebutuhan konten. Semoga ini tidak benar dan kalaupun benar tidak terjadi lagi.
Bus banter, blong kiri, tempel 5 cm, dan oleng adalah hal yang harus ditinjau ulang untuk diberikan tempat dalam dunia bus.
Ada hal menarik yang ingin saya utarakan di dalam tulisan ini. Mengenai dunia per-Simulatoran para pencinta bus yang bisa saja berkaitan dengan fenomena fanatisme terhadap bus banter.
Entah mengapa, konten-konten bus simulator yang berseliweran di dunia maya kerap kali menunjukkan bus-bus yang dikendarai cenderung ugal-ugalan bahkan dengan sengaja tanpa pengaruh alkohol menampilkan kondisi tabrakan-tabrakan bus.
Tentu hal ini sangat menyedihkan, khawatirnya ekspektasi tersebut terbawa di dunia nyata. Apalagi ketika kita sudah punya akses untuk mengendari bus, tidak bisa saya teruskan.
Harapan
Semoga semakin hari dengan banyaknya para owner ataupun orang-orang di balik perusahaan bus yang memberikan konten edukasi di masyarakat membuat pandangan pencinta bus terhadap bus semakin bergeser ke hal yang lebih baik.
Selain itu, penting juga kita memandang bus dari kacamata para kru yang 'terkadang' harus kerja di luar nalar, kesejahteraan yang jauh dari kata layak, dan pendampingan hukum yang kurang ketika menghadapi kasus perlu jadi perhatian kita bersama.
Bukan tidak mungkin, semakin ke sini pencinta bus akan semakin majemuk sudut pandangnya dan membuat dunia bus di Indonesia semakin beragam.
Sebelum dikomentari, saya meminta maaf jika dalam tulisan ini ada yang kurang berkenan. Tetapi itu pandangan saya, jadi mari saling menghargai.
Jangan lupa mampir ke Youtube Channel saya yang berisi banyak tentang bus. Klik Di sini